Komunikasi organisasi adalah pengiriman
dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi.
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi,
tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Organisasi dan komunikasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa
Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian
yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut
paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.
Everet M.Rogers dalam bukunya Communication
in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan
dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang
kepangkatan, dan pembagian tugas.
Robert Bonnington dalam buku Modern
Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana
dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui
pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan
organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia
yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi
mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode
dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya,
faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya
menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan
jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan
memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi
komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
- Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang
sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam
suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak,
lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat
suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di
dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk
melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan,
jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
- Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal
yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang
yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan
untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau
intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan.
Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya,
bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan
tidak boleh untuk dilaksanakan.
- Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi,
kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan
yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih
suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.
- Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk
menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas
dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat
mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan
laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan
untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap
organisasi.
Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory,
membahas komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang
menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun
prinsip-prinsip dari teori management klasikal adalah sebagai berikut:
- kesatuan komando- suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu
atasan
- rantai skalar- garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang
bergerak dari atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang
diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu
saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi.
- divisi pekerjaan- manegement perlu arahan untuk mencapai suatu
derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran
organisasi dengan suatu cara efisien.
- tanggung jawab dan otoritas- perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk
memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan keseimbangan antara
tanggung jawab dan otoritas harus dicapai.
- disiplin- ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda
rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.
- mengebawahkan kepentingan individu dari
kepentingan umum- melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan
terus-menerus.
Selanjutnya,
Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas komunikasi organisasi. Ketiga
pendekatan itu adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan sistem. Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi)
menganggap struktur hirarkhi, garis rantai komando komunikasi, prosedur operasi
standar merupakan mungsuh dari inovasi. Ia melihat organisasi sebagai kehidupan
organis yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu perubahan lingkungan
dalam orde untuk mempertahankan hidup. Pengorganisasian merupakan proses
memahami informasi yang samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan
penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur
hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing)
dan komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang
mengacaukan, manajer harus bertumpu pada komunikasi dari pada aturan-aturan.
Teori Weick
tentang pengorganisasian mempunyai arti penting dalam bidang komunikasi karena
ia menggunakan komunikasi sebagai basis pengorganisasian manusia dan memberikan
dasar logika untuk memahami bagaimana orang berorganisasi. Menurutnya,
kegiatan-kegiatan pengorganisasian memenuhi fungsi pengurangan ketidakpastian
dari informasi yang diterima dari lingkungan atau wilayah sekeliling. Ia
menggunakan istilah ketidakjelasan untuk mengatakan ketidakpastian, atau
keruwetan, kerancuan, dan kurangnya predictability. Semua informasi dari
lingkungan sedikit banyak sifatnya tidak jelas, dan aktivitas-aktivitas
pengorganisasian dirancang untuk mengurangi ketidakpastian atau ketidakjelasan.
Weick memandang
pengorganisasian sebagai proses evolusioner yang bersandar pada sebuah
rangkaian tiga proses:
penentuan
(enachment)àseleksi
(selection)à penyimpanan
(retention)
Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau mengumpulkan
informasi yang tidak jelas dari luar. Ini merupakan perhatian pada rangsangan
dan pengakuan bahwa ada ketidakjelasan. Seleksi, proses ini memungkinkan
kelompok untuk menerima aspek-aspek tertentu dan menolak aspek-aspek lainnya
dari informasi. Ini mempersempit bidang, dengan menghilangkan
alternatif-alternatif yang tidak ingin dihadapi oleh organisasi. Proses ini
akan menghilangkan lebih banyak ketidakjelasan dari informasi awal. Penyimpanan
yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu yang akan digunakan pada masa
mendatang. Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke dalam kumpulan
informasi yang sudah ada yang menjadi dasar bagi beroperasinya organisasinya.
Setelah
dilakukan penyimpanan, para anggota organisasi menghadapi sebuah masalah
pemilihan. Yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan kebijakan
organisasi. Misal, ”haruskah kami mengambil tindakan berbeda dari apa yang
telah kami lakukan sebelumnya?”
Sedemikian
jauh, rangkuman ini mungkin membuat anda mempercayai bahwa organisasi bergerak
dari proses pengorganisasian ke proses lain dengan cara yang sudah tertentu:
penentuan; seleksi; penyimpanan; dan pemilihan. Bukan begitu halnya.
Sub-subkelompok individual dalam organisasi terus menerus melakukan kegiatan di
dalam proses-proses ini untuk menemukan aspek-aspek lainnya dari lingkungan.
Meskipun segmen-segmen tertentu dari organisasi mungkin mengkhususkan pada satu
atau lebih dari proses-proses organisasi, hampir semua orang terlibat dalam
setiap bagian setiap saat. Pendek kata di dalam organisasi terdapat siklus
perilaku.
Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang
saling bersambungan yang memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang
pengertian-pengertian apa yang harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam
siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota dikendalikan oleh aturan-aturan
berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang digunakan untuk
menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau
penyimpanan).
Demikianlah
pembahasan tentang konsep-konsep dasar dari teori Weick, yaitu: lingkungan;
ketidakjelasan; penentuan; seleksi; penyimpanan; masalah pemilihan; siklus
perilaku; dan aturan-aturan berkumpul, yang semuanya memberi kontribusi pada
pengurangan ketidakjelasan.
2. Pendekatan budaya. Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia
bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang
sesuatu itu. Mendapat
dorongan besar dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan
ethnografi, peneliti budaya yang melihat makna bersama yang unik adalah
ditentukan organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi
merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para anggotanya,
membentuk sebuah realita bersama yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya.
Pacanowsky dan para teoris interpretatif lainnya
menganggap bahwa budaya bukan sesuatu yang dipunyai oleh sebuah organisasi,
tetapi budaya adalah sesuatu suatu organisasi. budaya organisasi dihasilkan
melalui interaksi dari anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan yang berorientasi
tugas tidak hanya mencapai sasaran-sasaran jangka pendek tetapi juga
menciptakan atau memperkuat cara-cara yang lain selain perilaku tugas ”resmi”
dari para karyawan, karena aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi
juga memberi kontribusi bagi budaya tersebut.
Pendekatan ini
mengkaji cara individu-individu menggunakan cerita-cerita, ritual,
simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan
mereproduksi seperangkat pemahaman.
3. Pendekatan kritik. Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan
ini, menganggap bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan sudah mendominasi
hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan kehidupan kita banyak
ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat atas kepentingan pengaturan
organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme.
Bahasa adalah
medium utama dimana realitas sosial diproduksi dan direproduksi.
Manajer dapat
menciptakan kesehatan organisasi dan nilai-nilai demokrasi dengan
mengkoordinasikan partisipasi stakeholder dalam keputusan-keputusan
korporat.
Conrad (dalam
Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasikan tiga komunikasi organisasi sebagai
berikut: fungsi perintah; fungsi relasional; fungsi manajemen ambigu.
1.Fungsi perintah
berkenaan dengan angota-anggota organisasi mempunyai hak dan kewajiban
membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan
dari fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang
bergantung dalam organisasi tersebut.
2.Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan
anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan
personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi
kenirja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara. Misal: kepuasan
kerja; aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam hirarkhi organisasional,
dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya dalam hubungan antarpersona yang
baik lebih terasa dalam pekerjaan ketika anda merasa bahwa banyak hubungan yang
perlu dlakukan tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi,
sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu konflik, kurang ditaati,
dsb.
3.Fungsi manajemen
ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam
keadaan yang sangat ambigu. Misal: motivasi berganda muncul karena pilihan yang
diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri
sendiri; tujuan organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya
pilihan tersebut adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah
alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang
melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya untuk membangun
lingkungan dan memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi
bersama.
B. Pengaruh
Komunikasi terhadap Perilaku Organisasi.
Sebagai komunikator, seorang pemimpin organisasi,
manajer, atau administrator harus memilih salah satu berbagai metode dan teknik
komunikasi yang disesuaikan dengan situasi pada waktu komunikasi dilancarkan.
Sebagai komunikator, seorang manajer harus menyesuaikan penyampaian pesannya
kepada peranannya yang sedang dilakukannya. Dalam hubungan ini, Henry Mintzberg
seorang profesor manajemen pada McGill University di Montreal-Kanada,
menyatakan wewenang formal seorang manajer menyebabkan timbulnya tiga peranan:
peranan antarpersona; peranan informasi; dan peranan memutuskan.
- Peranan
antarpersona seorang manajer meliputi tiga hal:
- Peranan
tokoh. Kedudukan sebagai kepala suatu unit organisasi, membuat seorang
manajer melakuan tugas yang bersifat keupacaraan. Karena ia merupakan
seorang tokoh, maka selain memimpim berbagai upacara di kantornya, ia
juga diundang oleh pihak luar untuk menghadiri berbagai upacara. Dalam
peranan ini seorang manajer berkesempatan untuk memberikan penerangan,
penjelasan, imbauan, ajakan, dll.
- Peranan pemimpin. Sebagai pemimpin, seorang manajer
bertanggung jawab atas lancar-tidaknya pekerjaan yang dilakukan bawahannya.
Beberapa kegiatan bersangkutan langsung dengan kepemimpinannya pada semua
tahap manajemen: penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengawasan, dan penilaian. Ada juga kegiatan-kegiatan yang
tidak langsung berkaitan dengan kepemimpinannya, antara lain memotivasi
para karyawan agar giat bekerja. Untuk melaksanakan kepemimpinannya
secara efektif, maka ia harus mampu melaksanakan komunikasi secara
efektif. Dalam konteks kepemimpinan, seorang manajer berkomunikasi efektif
bila ia mampu membuat para karyawan melakukan kegiatan tertentu dengan
kesadaran, kegairahan, dan kegembiraan. Dengan suasana kerja seperti itu
akan dapat diharapkan hasil yang memuaskan.
- Peranan
penghubung. Dalam peranan sebaga penghubung, seorang manajer melakukan
komunikasi dengan orang-orang di luar jalur komando vertikal, baik secara
formal maupun secara tidak formal.
- Peranan
informasi. Dalam organisasinya, seorang manajer berfungsi sebagai pusat
informasi. Ia mengembangkan pusat informasi bagi kepentingan
organisasinya. Peranan informasional meliputi peranan-peranan sebagai
berikut:
- Peranan
monitor. Dalam melakukan peranannya sebagai monitor, manajer memandang
lingkungan sebagai sumber informasi. Ia mengajukan berbagai ertanyaan
kepada rekan-rekannya atau kepada bawahannya, dan ia menerima informasi
pula dari mereka tanpa diminta berkat kontak pribadinya yang selalu
dibinanya.
- Peranan penyebar. Dalam peranannya sebagai penyebar
ia menerima dan menghimpun informasi dari luar yang penting artinya dan
bermanfaat bagi organisasi, untuk kemuian disebarkan kepada bawahannya
- Peranan juru bicara. Peranan ini memiliki kesamaan
dengan peranan penghubung, yakni dalam hal mengkomunikasikan informasi
kepada khalayak luar. Perbedaannya ialah dalam hal caranya: jika dalam
peranannya sebagai penghubung ia menyampaikan informasi secara
antarpribadi dan tidak selalu resmi, namun dalam perananya sebagai juru
bicara tidak selamanya secara kontak pribadi, tetapi selalu resmi. Dalam
peranannya sebagai juru bicara itu ia juga harus mengkomunikasikan
informasi kepada orang-orang yang berpengaruh yang melakukan pengawasan
terhadap organisasinya. Kepada khalayak di luar organisasinya ia
memberikan informasi dalam rangka pengembangan organisasinya. Ia
meyakinkan khalayak bahwa organisasi yang dipimpinnya telah melakukan
tanggung jawab sosial sebagaimana mestinya. Ia meyakinkan pula para
pejabat pemerintah bahwa organisasinya berjalan sesuai dengan peratruran
sebagaimana harusnya.
- Peranan
memutuskan. Seorang manajer memegang peranan yang sangat penting dalam
sistem pengambilan keputusan dalam organisasinya. Ada empat peranan yang
dicakup pada peranan ini:
- Peranan
wiraswasta. Seorang manajer berusaha memajukan organisasinya dan
mengadakan penyesuaian terhadap perubahan kondisi lingkungannya. Ia
senantiasa memandang ke depan untuk mendapatkan gagasan baru. Jika sebuah
gagasan muncul, maka ia mengambil prakarsa untuk mengembangkan sebuah
proyek yang iawasinya sendiri atau didelegasikannya kepad bawahannya.
- Peranan pengendali gangguan. Seorang manajer
berusaha sebaik mungkin menanggapi setiap tekanan yang menimpa
organisasi, seperti buruh mogok, para pelanggan menghilang, dsb.
- Peranan
penentu sumber. Seorang manajer bertanggung jawab untuk memutuskan
pekerjaan apa yang harus dilakukan, siapa yang akan melaksanakan, dan
bagaimana pembagian pekerjaan dilangsungkan. Manajer juga mempunyai
kewenangan mengenai pengambilan keputusan penting sebelum implementasi
dijalankan. Dengan kewenangan itu, manajer dapat memastikan bahwa
keputusan-keputusan yang berkaitan semuanya berjalan melalui pemikran
tunggal.
- Peranan
perunding. Manajer melakukan peranan perunding bukan saja mengenai
hal-hal yang resmi dan langsung berhubungan dengan organisasi, melainkan
juga tentang hal-hal yang tidak resmi dan tidak langsung berkaitan dengan
kekaryaan. Bagi manajer, perundingan merupakan gaya hidup karena hanya
ialah yang mempunyai wewenang untuk menanggapi sumber-sumber
organisasional pada waktu yang tepat, dan hanya ialah yang merupakan
pusat jaringan informasi yang sangat diperlukan bagi perundingan yang
penting.
C.
Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi
- Komunikasi
internal.
Komunikasi
internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota
organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara
pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi
antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses
komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi
internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan
dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi,
dll kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan,
saran-saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada pimpinan.
- Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu
komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer
kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang
sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral
ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah.
Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan
memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan
kerja.
- Komunikasi eksternal.
Komunikasi
eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan
khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak
dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang
dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap
sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal
balik:
a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi
ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa
sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin.
Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press
release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter;
brosur; leaflet; poster; konferensi pers.
b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi
dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan
dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.
Daftar pustaka
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi,
Jakarta: Grameia Wiiasarana Indonesia.
Tubbs, Stewart L. – Moss, Sylvia, Human Communication:
Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, h. 170.
Em
Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGrraw-Hill
Companies
Sendjaja, 1994, Teori-Teori
Komunikasi, Universitas Terbuka